“Kalian dosen bukan? Kalau dosen saya nggak suka.” Pertanyaan dan pernyataan spontan dari Ibu Muslimah ketika kami menginjakkan kaki di rumahnya membuat saya dan rekan petualang saya saling berpandangan lalu tertawa kecil.
Hari sudah semakin gelap ketika kami meninggalkan replika bangunan SD Muhammadiah di Gantong. Sekolah buatan ini adalah tempat anak-anak Belitung menimba ilmu dalam cerita dan film Laskar Pelangi. Kami sangat beruntung karena bisa menghabiskan malam terakhir di Belitung Timur dengan bersilahturahmi ke rumah Ibu Muslimah, seorang guru yang terkenal karena kontribusi luar biasanya dalam dunia pendidikan di Belitung.
Dalam film Laskar Pelangi dan kehidupan nyata, Ibu Muslimah adalah sosok guru sejati yang memperjuangkan pendidikan berbasis islami untuk anak-anak di daerah Gantong, Belitung Timur. Saya pun penasaran mengapa beliau justru tidak menyukai profesi dosen.
"Sebenarnya bukan tidak suka, tapi saya suka saja meledek dosen. Saya ingin mereka itu sadar betul kalau pendidik harus bertanggung jawab terhadap muridnya, jangan hanya terhanyut mengajar di bawah atap saja. Seorang pendidik harus bisa membuat murid-muridnya membuka lapangan kerja, bukan justru jadi pengangguran." tutur guru yang sudah banyak mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak ini.
Kekaguman saya dan rekan bertambah besar ketika ia memperlihatkan foto-foto SD Muhammadiah dari jaman kakek dan ayahnya. Ternyata sekolah perjuangan itu sudah berdiri sejak tahun 1924, pengurus dan pengajarnya pun turun temurun dari kakek, ayah, lalu Ibu Muslimah sendiri. Sosok pengajar yang sangat rendah hati ini mulai mengajar dari tahun 1971. Meskipun hanya lulusan Sekolah Kepandaian Putri, ia mempunyai misi yang sangat mulia. Sampai sekarang ia tak peduli dengan besar gajinya, ia hanya ingin anak-anak Belitung mendapatkan pendidikan yang layak dan bisa berguna untuk teman-temannya di kemudian hari.
Satu hal yang dipesankan Muslimah Hafsari kepada semua guru adalah,“ Janganlah sekali-kali menyakiti anak baik fisik maupun batinnya”. Sebab murid akan selalu mengenang gurunya sepanjang hayat.
Kebanyakan orang lebih tertarik bekerja di perusahaan timah ketimbang menjadi guru yang gajinya kecil. Tetapi hatinya tak pernah goyah, hidupnya ia dedikasikan untuk dunia pendidikan. Tahun depan adalah waktunya Ibu Muslimah pensiun, tepat di masa empat puluh tahunnya mengajar. Banyak sekali yang protes karena jarang ada sosok guru sejati sepertinya. Orang tua murid pun berharap Ibu Muslimah akan terus memberikan les untuk anak-anak.
Sayang, saya dan rekan harus menyebrang ke Pulau Bangka esok harinya. Padahal kami ingin sekali dipertemukan dengan anak-anak lingkungan sekitar tempat tinggal Ibu Muslimah untuk mengajar serta berbagi dengan mereka.
Semakin malam, suasana pun terasa semakin hangat. Ibu Muslimah sangat suka bercerita. Jika anda berkesempatan mengunjungi Gantong, jangan lupa mengunjungi rumah Ibu Muslimah dan mendapatkan banyak inspirasi di sana. Rumahnya terbuka bagi siapa saja yang ingin datang, belajar, atau hanya sekedar berbincang-bincang dengannya.
Terimakasih Ibu, hati tulus dan perjuanganmu membuat anak-anak Belitung menjadi calon penerus bangsa yang berkualitas! Semoga Indonesia akan terus melahirkan sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang sejati sepertimu.Di salin dari :
Ibu Muslimah, Sosok Guru Sejati Milik Gantong
oleh
Lucia Nancy - Pemenang Lomba Aku Cinta Indonesia (ACI), KEP. BABEL & SUMSEL